• Home
  • Profil
  • Daftar Guru
  • Berita
  • Kegiatan Siswa
  • Jadwal
  • Perangkat KBM
  • PPDB Online
  • UBK
  • Daftar Isi

Formula Baru Ujian Nasional 2011

>> Senin, 18 April 2011

Selamat datang Ujian Nasional tahun 2011. Hari ini, 2.442.599 siswa jenjang SMA/ MA/ SMK/ SMALB mengikuti UN, menyusul pekan depan SMP/ MTs/ SMPLB dan berikutnya SD/ MI/ SDLB. Secara nasional, tahun ini jenjang SD hingga SMA/ sederajat diikuti oleh 10.408.562 siswa dan 236.515 sekolah. Kendati masih dipolemikkan, ujian beranggaran Rp 578 miliar ini tetap dilaksanakan dengan formula baru, pengawasan ketat, lima paket soal, dan randomisasi. Perubahan ini diharapkan bisa mengembalikan hakikat UN untuk mengukur kompetensi siswa.

Seperti 2010, tahun ini tidak ada target pencapaian UN. Kejujuranlah yang lebih diutamakan. Tahun lalu persentase kelulusan turun 4% dari 93,74% menjadi 89,88%, namun kejujuran naik. Ada korelasi negatif, ketika kejujuran naik prestasi turun, begitu pula sebaliknya. Peluang meningkatkan kejujuran kali ini memungkinkan, mengingat UN tidak menjadi satu-satunya penentu kelulusan. Dengan formula baru, penilaian UN dan hasil belajar di sekolah tidak lagi saling memveto. Nilai kelulusan siswa dipatok angka 5,5 hasil gabungan rumusan (0,6 x nilai UN) + (0,4 x nilai sekolah).

Formula ini mengakomodasi semua proses belajar sejak kelas 1 hingga kelas 3, sejalan dengan amanah undang-undang bahwa kelulusan siswa tidak hanya ditentukan oleh UN. Memang, kelulusan seharusnya ditentukan dari hasil penilaian komprehensif. Ini langkah positif dan cukup mengakomodasi kepentingan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Sebelumnya, sekolah sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan kelulusan. Padahal, sekolah jauh lebih tahu kapasitas siswa dan mengetahui persis perkembangannya dari proses belajar-mengajar keseharian.

Pemetaan kualitas sebagai dasar pembinaan dan pemberian bantuan untuk memacu dan memeratakan mutu pendidikan, tak akan tercapai jika sarana-prasarana sekolah tidak mendapat perhatian dan peningkatan kualitas guru diabaikan. Angka 5,5 memang masih rendah, namun rasanya sulit meraihnya jika standar kompetensi profesional guru dan metodologi pembelajaran tidak memadai. Diperlukan pengukuran secara komprehensif, akurat, dan andal terhadap kinerja guru, sekurang-kurangnya kompentensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Kita sepakat dengan hasil survei nasional, UN tetap diperlukan terutama untuk mendorong siswa, guru, dan kepala sekolah bekerja keras meningkatkan kualitas pendidikan. Namun capaian itu tidak berarti tanpa kejujuran para pemangu kepentingannya. UN bersih lebih bermakna, dan bukan pencapaian hasil belajar. Berapa pun kenaikan standar kelulusan tidak akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan kalau pelaksanaannya tidak jujur, dan capaiannya hanya semu sehingga sulit untuk memetakan kualitas pendidikan sesungguhnya.

Seketat apa pun pengawasan dan pengamanannya, bukan jaminan UN jujur. Kejujuran hanya akan terwujud apabila semua yang terlibat menyadari hakikat ujian ini, sehingga beriktikad baik untuk menjaga amanah itu. Masa depan pembangunan bangsa ini akan tergantung pada sumberdaya manusia berkualitas yang dihasilkan dari proses pendidikan yang cerdas dan jujur. Tentu kita lebih memilih orang-orang yang ”setengah cerdas tetapi jujur” ketimbang ”cerdas tetapi tidak jujur”. Harus kita dukung UN yang berformula kejujuran, bukan prestasi tinggi yang diraih dengan kecurangan.

Sumber: Suara Merdeka - 18 April 2011

Posting Komentar

Statistik

free counters

Arsip

Design by MungBisnis